Soundtuari: Harmoni Musik Etnik dan Alam Gili Air yang Mendunia

Gili Air akan menjadi tuan rumah sebuah pagelaran musik bertajuk Soundtuari yang diproyeksikan sebagai festival berkelas internasional. Digelar pada bulan September mendatang, Soundtuari dirancang untuk menyuguhkan pengalaman musik yang unik dengan memadukan keindahan alam tropis dan nuansa etnik yang mendalam. Festival ini diprediksi menjadi magnet baru bagi wisatawan domestik maupun mancanegara yang mencari pengalaman berbeda dari sekadar pertunjukan musik biasa.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Utara, Dewi Tresni Budi Astuti, menyatakan bahwa Soundtuari bukanlah sekadar festival musik, melainkan sebuah perayaan budaya dan alam. Konsepnya dirancang untuk menciptakan sensasi imersif, di mana musik etnik yang mengalun berpadu dengan lanskap menakjubkan Gili Air. Acara ini juga direncanakan akan dihadiri oleh Wakil Gubernur NTB, dan akan diawali dengan berbagai kegiatan pra-acara sebagai bagian dari perayaan Hari Ulang Tahun Kabupaten Lombok Utara.

Bupati KLU turut memberikan dukungan dengan mengisyaratkan kehadiran artis ternama yang akan memeriahkan momen tersebut. Meskipun pendanaan utama berasal dari pihak penyelenggara, pemerintah daerah turut berperan melalui dukungan pada sektor UMKM lokal. Harapannya, pelibatan UMKM akan mengangkat produk-produk lokal dan memberikan manfaat ekonomi yang langsung dirasakan masyarakat.

Gili Air yang dikenal dengan pantainya yang bersih, laut jernih, serta suasana alami yang tenang, diyakini sebagai lokasi sempurna untuk menyelenggarakan Soundtuari. Kombinasi musik yang menyentuh hati dan panorama yang menenangkan diyakini akan menciptakan momen berkesan yang tak mudah dilupakan bagi setiap pengunjung.

Mandalika International Festival 2025, Langkah Baru Menuju Ajang Pariwisata Kelas Dunia

Direktur Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Lombok, Dr. Ali Muhtasom, menilai Mandalika International Festival (MIF) memiliki potensi besar sebagai ajang yang layak dipasarkan dan dinikmati oleh masyarakat luas. Menurutnya, jika festival ini tetap hanya dikelola sebagai praktik mahasiswa, maka perkembangannya akan terbatas. Oleh karena itu, kolaborasi dengan berbagai pihak menjadi kunci agar ajang ini bisa tumbuh lebih besar.

Ali Muhtasom menegaskan bahwa Poltekpar Lombok telah memberikan kebebasan lebih bagi mahasiswa dalam mengelola MIF, dengan harapan acara ini dapat dikelola secara profesional dan komersial. Dengan adanya dukungan sponsor serta lokasi yang lebih luas, MIF diharapkan dapat menjangkau lebih banyak penonton. Meskipun masih masuk dalam kalender acara Kota Mataram, festival ini juga menarik minat untuk digelar di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika.

Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) NTB, Sahlan M Saleh, menambahkan bahwa MIF bukan sekadar wadah pembelajaran bagi mahasiswa, tetapi juga berperan dalam mempromosikan destinasi wisata dan budaya NTB kepada wisatawan. Dengan semakin banyaknya event bertaraf internasional seperti ini, program pemerintah daerah untuk menjadikan pariwisata NTB mendunia dapat lebih mudah terwujud.

Kolaborasi yang telah terjalin sejak awal penyelenggaraan MIF terus diperkuat, terutama setelah festival ini terlepas dari Poltekpar Lombok dan akan digelar di Teras Udayana, Kota Mataram. MIF diyakini mampu menghidupkan kembali berbagai destinasi wisata yang ada di NTB, menjadikannya lebih dikenal dan menarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.