Lika-Liku Kelam: Perjuangan di Dunia Malam Demi Bertahan Hidup

Tak semanis senyum yang mereka tunjukkan, dua perempuan yang terjun ke dunia malam mengisahkan realitas pahit yang mereka hadapi setiap hari. Keduanya memilih jalan ini bukan karena keinginan, melainkan demi memenuhi kebutuhan hidup. Salah satunya bahkan pernah melayani pria yang ternyata adalah tetangganya sendiri, pengalaman yang membuatnya semakin merasa terjebak dalam lingkaran gelap yang sulit dilepaskan.

Vera, perempuan berusia 26 tahun asal Ciamis, telah bekerja di sebuah warung remang-remang di Kabupaten Pangandaran. Menjadi tulang punggung keluarga setelah bercerai dengan suaminya, ia terpaksa menjalani profesi ini demi mencukupi kebutuhan anaknya yang masih kecil serta ibunya yang sudah tua. Setiap malam, ia mencari penghasilan dengan menerima tamu yang datang ke tempatnya bekerja. Baginya, bekerja di warung atau kios pulsa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Dengan penghasilan yang tidak menentu, ia tetap berusaha pulang setiap tiga atau empat hari sekali untuk menjenguk anaknya, meskipun terkadang memilih tidak pulang jika uang yang diperolehnya masih belum cukup.

Sementara itu, V, seorang perempuan 25 tahun dari Kiaracondong, Bandung, awalnya bekerja sebagai pemandu karaoke sebelum akhirnya terjerumus ke dunia prostitusi daring. Tinggal di rumah kos di daerah Jalancagak, Subang, ia menerima pelanggan yang menghubunginya secara langsung. Setiap malam, ia berusaha mencari nafkah dengan menawarkan jasanya, meskipun terkadang harus menghadapi kenyataan pahit bertemu dengan orang yang dikenalnya. Meski pekerjaannya menghasilkan uang, ia merasa lelah dan ingin keluar dari kehidupan ini, bermimpi memiliki kehidupan normal, suami yang setia, serta usaha sendiri untuk bisa selalu dekat dengan anak dan keluarganya.