CHAGEE Resmi Hadir di Indonesia, Sajikan Teh Premium dan Pengalaman Seru di PIK Avenue

Kabar gembira bagi pencinta teh di Indonesia, CHAGEE, merek minuman teh premium asal Tiongkok, resmi memperluas kehadirannya ke pasar Tanah Air. Dikenal dengan racikan teh berkualitas tinggi dan cita rasa autentik, CHAGEE siap memanjakan pecinta teh dengan berbagai varian minuman yang lezat dan menyegarkan. Untuk memperkenalkan produknya, CHAGEE mengadakan pop-up event eksklusif di PIK Avenue, Jakarta, yang menarik ribuan pengunjung setiap harinya. Dalam acara ini, pengunjung berkesempatan mencicipi langsung salah satu menu favorit global mereka, Jasmine Green Milk Tea, yang dikenal laris terjual hingga ratusan cup hanya dalam hitungan menit.

Seorang juru bicara CHAGEE menyebutkan bahwa minuman ini merupakan menu paling populer di dunia, dengan angka penjualan mencapai 438 cup setiap menitnya secara global. Pengunjung yang ingin mencoba Jasmine Green Milk Tea secara gratis cukup mengunduh dan mendaftar di aplikasi CHAGEE. Minuman ini menawarkan perpaduan aroma melati yang harum dengan kelembutan susu, menciptakan sensasi creamy yang nikmat di setiap tegukan. Selain mencicipi teh premium, pengunjung juga bisa mengikuti berbagai aktivitas seru dalam Calorie Burning Challenge, seperti giant bowling, dartball, padel, dan basketball. Dengan mengumpulkan empat stempel dari setiap tantangan yang diselesaikan, mereka dapat menukarkannya dengan merchandise eksklusif serta voucher gratis untuk Jasmine Green Milk Tea.

Tak hanya itu, CHAGEE juga mengadakan Daily Ngabuburit Workout, yang menawarkan kelas olahraga menarik seperti K-POP Cardio, Pound Fit, dan Strong Nation. Pengunjung yang ingin mendapatkan hadiah tambahan bisa mengikuti Giant Gacha dengan mengunggah keseruan acara ini ke media sosial. Pop-up event ini berlangsung terbatas dari 13 hingga 19 Maret 2025 di Main Atrium, PIK Avenue, Jakarta Utara.

Lika-Liku Kelam: Perjuangan di Dunia Malam Demi Bertahan Hidup

Tak semanis senyum yang mereka tunjukkan, dua perempuan yang terjun ke dunia malam mengisahkan realitas pahit yang mereka hadapi setiap hari. Keduanya memilih jalan ini bukan karena keinginan, melainkan demi memenuhi kebutuhan hidup. Salah satunya bahkan pernah melayani pria yang ternyata adalah tetangganya sendiri, pengalaman yang membuatnya semakin merasa terjebak dalam lingkaran gelap yang sulit dilepaskan.

Vera, perempuan berusia 26 tahun asal Ciamis, telah bekerja di sebuah warung remang-remang di Kabupaten Pangandaran. Menjadi tulang punggung keluarga setelah bercerai dengan suaminya, ia terpaksa menjalani profesi ini demi mencukupi kebutuhan anaknya yang masih kecil serta ibunya yang sudah tua. Setiap malam, ia mencari penghasilan dengan menerima tamu yang datang ke tempatnya bekerja. Baginya, bekerja di warung atau kios pulsa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Dengan penghasilan yang tidak menentu, ia tetap berusaha pulang setiap tiga atau empat hari sekali untuk menjenguk anaknya, meskipun terkadang memilih tidak pulang jika uang yang diperolehnya masih belum cukup.

Sementara itu, V, seorang perempuan 25 tahun dari Kiaracondong, Bandung, awalnya bekerja sebagai pemandu karaoke sebelum akhirnya terjerumus ke dunia prostitusi daring. Tinggal di rumah kos di daerah Jalancagak, Subang, ia menerima pelanggan yang menghubunginya secara langsung. Setiap malam, ia berusaha mencari nafkah dengan menawarkan jasanya, meskipun terkadang harus menghadapi kenyataan pahit bertemu dengan orang yang dikenalnya. Meski pekerjaannya menghasilkan uang, ia merasa lelah dan ingin keluar dari kehidupan ini, bermimpi memiliki kehidupan normal, suami yang setia, serta usaha sendiri untuk bisa selalu dekat dengan anak dan keluarganya.

Kontroversi Oknum Pemred yang Diduga Membekingi Tempat Hiburan Malam

Maraknya tempat hiburan malam yang menjual minuman keras di Kabupaten Bekasi menjadi sorotan publik. Ironisnya, muncul dugaan bahwa seorang oknum pemimpin redaksi (pemred) justru terlibat dalam membekingi tempat-tempat tersebut, terutama di bulan Ramadan. Hal ini tidak hanya mencoreng nama baiknya, tetapi juga merusak citra dunia jurnalistik yang seharusnya menjunjung tinggi integritas dan objektivitas.

Setelah pemberitaan ini ramai diperbincangkan, akhirnya terungkap bahwa seorang pemred dari salah satu media ternama kerap menghabiskan malamnya di tempat hiburan yang diduga berada di bawah perlindungannya. Bagi sebagian orang, mungkin ini hanyalah aktivitas pribadi, tetapi dampak yang ditimbulkan jauh lebih besar, terutama terhadap kepercayaan publik terhadap dunia pers.

Kehadiran pemred tersebut di tempat hiburan malam menimbulkan pertanyaan besar di kalangan rekan-rekan sesama jurnalis. Hal ini menjadi pukulan telak bagi kredibilitas media, mengingat peran seorang pemimpin redaksi seharusnya menjaga independensi dan profesionalisme, bukan bertindak layaknya centeng untuk kepentingan tertentu.

Situasi ini pun memicu reaksi keras dari masyarakat. Banyak yang menyuarakan kekecewaan mereka melalui media sosial, menuntut transparansi serta etika dari insan pers. Kasus ini menjadi pengingat penting bahwa kehidupan pribadi seorang jurnalis dapat berdampak langsung pada reputasi dan kepercayaan yang telah dibangun bertahun-tahun.

Di era digital ini, di mana informasi menyebar begitu cepat, menjaga batasan antara kehidupan profesional dan pribadi menjadi semakin krusial. Kepercayaan publik terhadap media harus tetap dijaga dengan menjunjung tinggi integritas, agar tidak ternodai oleh tindakan segelintir oknum yang tidak bertanggung jawab.

Nathalie Holscher Kembali ke Dunia DJ, Aksi di Klub Malam Jadi Sorotan

Nathalie Holscher kembali menjadi sorotan publik setelah membagikan momen saat tampil sebagai DJ di sebuah klub malam. Dalam unggahan Instagram Story pada Minggu (16/6), mantan istri komedian Sule itu tampak percaya diri memainkan musik di atas panggung. Aksi panggungnya ini menandai kembalinya ia ke dunia DJ, yang sempat ia tinggalkan setelah menikah. Keputusan Nathalie untuk kembali berkarier sebagai DJ menuai beragam respons dari warganet. Banyak yang memberikan dukungan dan apresiasi atas langkahnya dalam mencari nafkah, terlebih sebagai seorang ibu tunggal yang harus membesarkan anaknya seorang diri.

Dalam video yang beredar, Nathalie tampak menikmati perannya sebagai DJ dengan penuh semangat. Ia terlihat berinteraksi dengan penonton yang memberikan sorakan antusias. Unggahannya pun langsung menjadi perbincangan di media sosial. Banyak netizen yang mendukung keputusannya, menganggapnya sebagai wanita mandiri yang tak ragu untuk kembali berkarya setelah menghadapi berbagai tantangan hidup. Sebagian lainnya juga menyebutnya sebagai sosok ibu yang kuat dan tak menyerah demi masa depan anaknya.

Meski ada beberapa kritik yang muncul, mayoritas netizen memberikan dukungan moral terhadap pilihannya untuk kembali berkarier. Kembalinya Nathalie ke dunia DJ bukan hanya tentang profesi, tetapi juga mencerminkan perjuangan seorang wanita dalam menghadapi perubahan hidup. Dengan tekad kuat dan semangat baru, ia tampaknya siap melanjutkan perjalanan di industri musik, membuktikan bahwa seorang ibu tunggal pun bisa tetap sukses dan berkarya.